Sebagaimana janji Gue kemarin, Gue akan membahas satu-satu Omek yang ada di kampus-kampus seluruh Indonesia. Nah, setelah kemarin membahas HMI (Himpunan Mahasiswa Islam), kali ini Gue akan bergeser untuk membahas salah satu Organisasi Mahasiswa Ekstra Kampus terbesar juga dan keberadaanya juga hampir selalu ada di setiap kampus se-Indonesia. Yap, apalai kalau bukan PMII. Kali ini Gue akan bahas juga PMII dari A-Z, mulai dari sejarah PMII, tokoh-tokoh PMII, tujuan PMII, identitas dan lain sebagainya.
PMII Adalah
PMII merupakan singkatan dari Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia. PMII sendiri merupakan salah satu OMEK (Organisasi Mahasiswa Ekstra Kampus) yang cukup populer dan besar di kampus-kampus seluruh Indonesia yang beridiologi ahlu sunnah wal jama’ah. Sebagaimana ideologi dan asasnya PMII ini organisasi mahasiswa yang identik atau dekat dengan kaum nahdiyin atau organisasi Nahdatul Ulama.
Sejarah PMII
Sejarah berdirinya PMII dimulai pada 17 April 1960 di Kota Surabaya. Seperti kita ketahui bersama bahwa sebelum tahun 1960 tersebut ada sebuah pristiwa sejarah besar terjadi di perpolitikan nasional, yakni keluarnya NU dari masyumi.
Hal inilah yang kemudian membuat Mahasiswa-mahasiswa Nu yang selama ini masih memiliki wadah politik dibawah naungan masyumi jadi kehilangan tempatnya, sehingga munculah keinginan yang kuat dari mereka untuk membuat wadah pergerakan mahasiswa sendiri.
Ditambah dorongan oeh Bung Karno agak mahasiswa NU mendirikan organisasi berhaluan islam ahlu sunnah wal jamaah, setelah dibubarkanya Masyumi dan PSI (Partai Sosialis Indonesia).
Organisasi Pendahulu sebelum PMII
Berdirinya PMII hingga sekarang tentunya tidak terjadi serta merta saja, tetapi melalui berbagai proses hingga sempurna.
Sebelum berdirinya PMII, ide pendirian organisasi pemuda NU sudah berkembang pesat di kalangan intelektual-intelektual muda Nahdatul Ulama. Ada beberapa organisasi yang lebih dahulu didirikan para pemuda NU sebelum berdirinya PMII, diantaranya:
- Ikatan Mahasiswa Nahdlatul Ulama (IMANU) yang berdiri di Jakarta, Desember 1955.
- Keluarga Mahasiswa Nahdlatul Ulama (KMNU) yang berdiri di Surakarta 1955
- dan Persatuan Mahasiswa Nahdlatul Ulama, yang berdiri di Bandung.
- Selain itu, ada pula Ikatan Peajar Nahdlatul Ulama (IPNU) yang terwadahi pada Departemen Perguruan Tinggi.
Namun kelemahanya, organisasi-organisasi tersebut masih bersifat kedaerahan, sehingga beum bisa mewadahi secara Nasional.
Detik-detik Sejarah Berdirinya PMII
Hal inilah yang kemudian memicu Mahasiswa anggota organisasi-organisasi tersebut untuk mendirikan organisasi Mahasiswa Nahdliyin yang berskala nasional.
Akhirnya, pada acara konfrensi besar IPNU tanggal 14-17 Maret 1960 di Yogyakarta disepakatilah akan didirikanya organisasi mahasiswa nahdliyin yang dalam skala nasional. Disana dibentuk panitia sponsor 13 orang Mahasiswa Nahdliyin perwakilan dari berbagai daerah yang akan mendirikan Organisasi tersebut. Mereka mengadakan pertemuan yang dimulai pada 14 April 1960 di gedung madrasah mualimin Nahdlatul Ulama, Winokromo Surabaya.
Hasil pertemuan tersebut diumumkan 3 hari setelahnya, tepatnya pada 17 April 1960 di Gedung Balai Pemuda Surabaya. Pengumuman itu sendiri menyatakan berdirinya Organisasi Kemahasiswaan Nahdliyin yang di beri nama Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII). Maka sejak saat itu setiap tanggal 17 April diperingati sebagai Harlah (Hari Lahir) PMII, dimana berarti tahun 2021 kemarin diperingati sebagai Harlah PMII ke-61.
13 Tokoh Pendiri PMII
Sebagaimana dikisahkan di atas, ketika konfrensi besar IPNU yang memutuskan aan didirikanya Organisasi Kemahasiswaan Nahdliyin yang berskala nasional maka diutuslah 13 orang delegasi Mahasiswa NU dari berbagai wilayah yang akan mendirikan PMII. Adapun 13 Tokoh tersebut sebagai pendiri PMII adalah sebagai berikut:
- Sahabat Chalid Mawardi (Jakarta)
- Sahabat Said Badairy (Jakarta)
- Sahabat Sobich Ubaid (Jakarta)
- Sahabat Makmun Syukri (Bandung)
- Sahabat Hilman Badrudinsyah (Bandung)
- Sahabat H. Ismail Maky (Yogyakarta)
- Sahabat Moensif Nachrowy (Yogyakarta)
- Sahabat Nuril Huda Suaiby (Surakarta)
- Sahabat Laily Mansur (Surakarta)
- Sahabat Abdul Wahab Jaelani (Semarang)
- Sahabat Hisbullah Huda (Surabaya)
- Sahabat M. Calid Narbuko (Malang)
- Sahabat Ahmad Hussein (Makassar)